Menulis Hingga Selesai

Tidak selesai, … peristiwa yang dialami hampir setiap penulis. Kesuksesan yang seharusnya diraih terpaksa terhenti hanya karena tidak menyelesaikannya. Penyebab: Kebuntuan.

Sebenarnya masalah ini bisa diatasi dengan persiapan matang, menguasai materi dan kerja keras serta disiplin si penulis dalam mematuhi jadwalnya menulis. Jika kita bisa menyelesaikan sebuah kalimat, maka kita akan bisa menyelesaikan sebuah paragraf. Jika kita bisa menyelesaikan sebuah paragraf, maka kita akan bisa membuat sebuah bab. Jika kita bisa membuat sebuah bab, maka kita bisa menyelesaikan sebuah novel.

Tentu saja untuk membuat sebuah kalimat bisa sama sulitnya dengan membuat satu halaman cerita utuh, sehingga dalam hal ini kekuatan mental-lah yang menentukan. Tapi mari kita selesaikan bersama-sama masalah ini.

Anda mungkin pernah mendengar istilah batu loncatan, yaitu lompatan pertama kita dalam menyelesaikan satu pekerjaan menjadi tolak ukur penyelesaian pekerjaan berikutnya meskipun tantangan berikutnya jauh lebih berat. Ketika kita sudah menyelesaikan sebuah tulisan, maka proses untuk menyelesaikan tulisan berikutnya akan menjadi lebih mudah.

Banyak penulis pemula yang memiliki ide brilian namun tidak pernah menyelesaikannya. Karena itulah Anda membutuhkan batu pijakan pertama Anda, yaitu karya pertama Anda untuk melompat lebih jauh lagi.

Karya pertama ini sebaiknya sesuatu hal yang mudah untuk diselesaikan, seperti membuat sebuah cerita pendek sederhana. Untuk sebuah cerita pendek pertama Anda, ada baiknya Anda menulis cerita yang Anda kuasai. Idenya bisa datang dari pengalaman Anda sendiri, pengalaman orang lain, maupun imajinasi Anda.

Ah, barangkali pengalaman saya menulis cerpen Hujan bisa membantu.

Hujan merupakan salah satu cerita pendek yang ditulis di awal-awal ketertarikan saya pada dunia fiksi dan saya menulis cerita empat halaman tersebut lumayan cepat dan tidak mengalami kebuntuan.

Cerpen Hujan berdasarkan pengalaman saya bertemu kembali adik kelas saya di SMP setelah kira-kira sepuluh tahun tidak bertemu. Kejadiannya di tengah hujan lebat ketika saya melihatnya samar-samar sedang menunggu bis di pinggiran Tol Jati Bening. Saya yang membawa payung langsung membagi payung saya dengannya. Kami naik bis yang sama, duduk bersebelahan dengan sesekali membicarakan pekerjaan dan kemudian sama-sama terdiam hingga sampai di tempat tujuan lalu berpisah setelah turun dari bis. Cerita berakhir di situ, hanya itu, tidak ada kontak lagi antara saya dengannya.

Bagi saya, peristiwa itu sangat menarik untuk ditulis, tidak memerlukan imajinasi tinggi maupun riset, hanya menuliskan apa yang saya alami ditambah sedikit adegan yang didramatisir supaya lebih fiksi. Barangkali Anda bisa menangkap benang merahnya seputar keromantisan, tapi saya menambahkan sedikit cerita tentang rutinitas kerja.

Ada contoh kisah lain yang barangkali bisa menginspirasi Anda menyelesaikan tulisan dengan mudah.

Kisah ini berjudul Isyarat Sederhana, ditulis oleh anak lima belas tahun, bercerita tentang kejadian lucu seorang nenek India yang baru pindah ke sebuah apartemen di Amerika. Kejadiannya singkat, namun sangat menarik untuk dibaca. Si penulis menceritakan kebiasaan di India dimana pendatang memberikan makanan kepada tetangganya sebagai perkenalan. Supaya lebih asik, Anda bisa baca ceritanya disini.

Kini, Anda bisa mencoba memulai menulis dengan memilih salah satu kejadian menarik dalam hidup Anda yang memang benar-benar Anda ingat. Kejadiannya tidak perlu fenomenal atau memakan durasi cukup lama. Mungkin sebuah peristiwa sederhana selama beberapa menit yang membuat Anda selalu tersenyum ketika mengingatnya. Nah, kalau sudah mendapatkannya, maka ingat juga gambaran kejadiannya saat itu. Itu bisa berarti tempat, pakaian yang dikenakan, cuaca, raut wajah, kucing lari ke kolong meja, pisang goreng yang masih hangat, secangkir kopi, topi merah, sekaleng Coca Cola, bayi tetangga menangis, dan lain sebagainya. Jangan terburu-buru menulisnya dan selesaikan dengan penuh gaya.

Selamat menulis.
Comments


EmoticonEmoticon